Mimpi Ekonomi 8% Era Prabowo: Kunci Rahasianya Ternyata Ada di Transisi Energi!

Mimpi Ekonomi 8% Era Prabowo: Kunci Rahasianya Ternyata Ada di Transisi Energi!

Nyaur.com | Jakarta —
Kebayang nggak, sih, sebuah mesin raksasa yang bisa bikin ekonomi Indonesia melesat hingga 8%? Sebuah motor penggerak yang membawa kita terbang menuju cita-cita Indonesia Emas 2045. Di tengah gemuruh janji politik dan target ambisius pemerintahan baru Presiden Prabowo, banyak yang bertanya-tanya, "Gimana caranya?" Jawabannya mungkin bakal bikin kamu kaget. Kuncinya ternyata bukan cuma soal membangun pabrik atau jalan tol, melainkan sesuatu yang selama ini mungkin kamu anggap cuma urusan aktivis lingkungan: transisi energi.


Ini bukan lagi soal ganti lampu LED atau bawa tumbler. Kita bicara soal mengubah total cara negara ini mendapatkan energinya. Sebuah revolusi sunyi yang berpotensi membuka keran investasi triliunan rupiah, menciptakan jutaan lapangan kerja baru yang keren, sekaligus menyelamatkan bumi kita. Di sebuah ruangan penuh gagasan di Jakarta, para pemikir terbaik bangsa berkumpul, bukan untuk berdebat kusir, melainkan untuk meracik resep masa depan Indonesia yang lebih hijau, tangguh, dan yang paling penting, lebih sejahtera untuk kita semua. Suasananya terasa elektrik, penuh optimisme bahwa mimpi besar itu bisa diwujudkan.


Panggung itu bernama Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025. Diselenggarakan pada 6-8 Oktober di Jakarta, acara ini menjadi saksi bisu berkumpulnya para "otak" di balik layar, dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Indonesia Clean Energy Forum (ICEF), hingga dukungan penuh dari Kedutaan Besar Inggris. Mereka semua datang dengan satu misi: menerjemahkan ambisi menjadi aksi nyata.


Prof. Mari Elka Pangestu, Ketua ICEF yang juga mantan Menteri Perdagangan, membuka forum dengan sebuah pernyataan yang menampar. "Transisi energi itu bukan cuma ganti sumber listrik dari batu bara ke surya," tegasnya. "Ini soal mengubah paradigma pembangunan. Kita sedang mendesain ulang mesin ekonomi kita agar menjadi mesin yang hijau, tangguh, dan berkeadilan." Menurutnya, ini adalah proyek kolosal yang butuh komitmen politik sekuat baja dan kebijakan yang konsisten dari Sabang sampai Merauke. Tanpa itu, semua hanya akan jadi wacana.


Ambisi besar Indonesia ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Matthew Downing, perwakilan dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, dengan lugas menyampaikan dukungan negaranya. "Presiden Prabowo punya aspirasi agar Indonesia bisa 100% menggunakan energi terbarukan dalam satu dekade. Kami menyambut ambisi besar ini," ujar Matthew.


Dukungan ini bukan sekadar janji manis. Pada November 2024, Presiden Prabowo telah bertemu langsung dengan Perdana Menteri Inggris, menyepakati Kemitraan Strategis baru saat isu iklim dan energi menjadi pilar utamanya. Ini sinyal kuat bahwa dunia internasional melihat Indonesia sebagai pemain kunci dalam transisi energi global. "Kami bangga bisa mendukung transisi energi Indonesia, tidak hanya sebagai mitra, tetapi ini adalah bagian dari kebijakan luar negeri kami," tambah Matthew. Artinya, ini adalah kerja sama serius yang melibatkan kepentingan kedua negara untuk masa depan yang lebih baik.


Di tengah diskusi yang penuh dengan data dan strategi, muncul suara bijak dari Presiden Indonesia periode 2004-2014, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia mengingatkan tentang aspek krusial yang sering terlupakan: kepemimpinan. Menurutnya, memimpin transisi energi itu ibarat menjadi nahkoda kapal di tengah badai. "Pentingnya keberanian untuk menjaga arah kebijakan jangka panjang, sambil melindungi rakyat dari guncangan ekonomi global," katanya. Ia menekankan bahwa di dunia yang serba tidak pasti, ketahanan energi adalah kunci. Bagaimana negara bisa bertahan saat harga minyak dunia menggila atau saat konflik geopolitik mengganggu pasokan energi? Jawabannya ada pada kemandirian energi yang bersumber dari dalam negeri, yaitu energi terbarukan.


Lalu, bagaimana cara merealisasikan semua gagasan besar ini? Fabby Tumiwa, CEO dari IESR, membeberkan "pekerjaan rumah" yang harus segera diselesaikan pemerintah. Selama sepuluh tahun terakhir, pengembangan energi terbarukan di Indonesia, jujur saja, berjalan lambat. Investor masih ragu-ragu. Kenapa? Karena aturan mainnya belum asyik.


Fabby mengusulkan beberapa langkah revolusioner:

 * Reformasi Subsidi: Subsidi energi yang selama ini lebih banyak dinikmati bahan bakar fosil harus dialihkan untuk mendukung energi bersih.

 * Buka Akses Jaringan Listrik: Selama ini, PLN menjadi pemain tunggal. Ke depan, swasta dan bahkan masyarakat harus diberi kesempatan untuk ikut serta dalam menyediakan listrik bersih melalui "Pemanfaatan Bersama Jaringan Listrik". Bayangkan, perusahaan tempatmu bekerja atau bahkan kompleks perumahanmu bisa memproduksi listrik sendiri dari panel surya dan menjual kelebihannya.

 * Pensiunkan PLTU Batu Bara: Ini langkah tegas. Sambil membangun pembangkit energi terbarukan, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang sudah tua dan kotor harus mulai dipensiunkan secara bertahap.


"Langkah-langkah ini akan menciptakan iklim investasi yang jauh lebih kondusif dan menjaga daya saing industri kita di masa depan," tegas Fabby.


Transisi energi bukan cuma soal menyelamatkan planet, tapi juga soal mengisi dompet dan menciptakan masa depan karier yang cerah. Fabby Tumiwa memaparkannya dalam lima pilar utama yang akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru:

 * Investasi Infrastruktur Gila-gilaan: Triliunan rupiah akan mengalir untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya, angin, hingga panas bumi, plus jaringan listrik pintar (smart grid) yang canggih.

 * Jadi Bintang di Rantai Pasok Global: Indonesia tidak hanya jadi pengguna, tapi juga produsen komponen panel surya, baterai, dan teknologi hijau lainnya. Kita bisa jadi pemain utama di industri manufaktur masa depan.

 * Ledakan Lapangan Kerja Hijau (Green Jobs): Ini peluang emas buatmu! Akan ada jutaan lowongan kerja baru untuk insinyur, teknisi, peneliti, ahli data, hingga pekerja konstruksi di sektor energi bersih.

 * Generasi yang Lebih Sehat dan Produktif: Udara yang lebih bersih berarti penyakit pernapasan berkurang. Biaya kesehatan turun, dan kualitas hidup kita semua meningkat.

 * Energi Mandiri, Negara Stabil: Kita tidak akan lagi pusing tujuh keliling saat harga minyak dunia naik-turun. Ketergantungan pada impor bahan bakar fosil berkurang, devisa negara pun aman.


Pada akhirnya, IETD 2025 menegaskan satu hal: transisi energi adalah jalan yang tak bisa dihindari, bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang emas untuk melompat lebih tinggi. Ini adalah narasi baru tentang bagaimana Indonesia bisa mencapai mimpinya, sebuah cerita di mana pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan berjalan beriringan, memastikan generasi kita dan generasi mendatang bisa menikmati Indonesia yang benar-benar Emas.

Tidak ada komentar