Terdampar di Pelukan Sunyi: Kisah Gadis Lampung Barat Pejuang Penyakit Saraf
Nyaur.com | Lampung Barat - Di balik rimbunnya hutan dan bisikan angin di Lampung Barat, tersembunyi sebuah kisah perjuangan yang pilu. Bukan cerita tentang petualangan, melainkan potret nyata seorang gadis bernama Tati. Sejak usianya masih sebatas embun pagi, takdir mengempasnya dalam pelukan sunyi. Tati, gadis 25 tahun dari Pekon Hanakau, Kecamatan Sukau, harus memeluk erat kasur di lantai, terperangkap dalam bisu karena penyakit saraf yang merenggut masa depannya.
Sang ibu, Yuli, menuturkan awal mula cerita pilu ini. Ketika Tati masih bayi, panas tinggi yang melanda tubuh mungilnya tak kunjung surut. Kejang-kejang pun tak terhindarkan, seolah menjadi pertanda bahwa badai besar akan datang. Vonis dokter pun jatuh seperti petir di siang hari: Tati menderita penyakit saraf, sebuah kondisi yang mengakibatkan sistem sarafnya tak lagi berfungsi seperti sedia kala.
Meski terbelenggu dalam keterbatasan, Tati tak sendirian. Lima tahun lalu, saat keluarganya pindah ke Pekon Hanakau, uluran tangan kebaikan mulai berdatangan. Bantuan silih berganti dari berbagai pihak, seolah menjadi oase di tengah gurun. Yang terbaru, Pemerintah Pekon Hanakau, di bawah pimpinan Peratin Rosidah, memberikan bantuan sembako. Raut wajah Yuli tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. "Sangat senang dan terbantu," ungkapnya lirih, penuh rasa syukur.
Sebelumnya, bantuan juga mengalir dari pemerintah pusat berupa kursi roda, kasur, dan sembako—semua menjadi penopang bagi Tati dan keluarganya. Namun, di balik senyum, tersimpan kekhawatiran yang tak kunjung usai. Dengan penghasilan Yuli dan suaminya sebagai buruh tani yang hanya berkisar antara Rp50.000 hingga Rp100.000 per hari, biaya pengobatan Tati menjadi beban yang berat.
Peratin Rosidah, yang baru saja kembali memimpin, menegaskan bahwa bantuan ini adalah wujud nyata kepedulian pemerintah terhadap warganya. "Meskipun tidak bisa membantu sepenuhnya, setidaknya dapat meringankan beban keluarga Tati," ujarnya. Ia berharap, bantuan ini bukan hanya sekadar meringankan beban, tetapi juga menjadi motivasi dan semangat bagi Tati dan keluarganya untuk terus berjuang demi kesembuhan.
Kisah Tati adalah pengingat bahwa di balik kesulitan, selalu ada secercah harapan. Mari kita jadikan kisah ini sebagai ajakan untuk peduli dan membantu mereka yang membutuhkan.
Post a Comment